A. Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur merupakan waduk
terbesar di Indonesia. Waduk yang mulai resmi beroperasi sejak 1967 ini
memiliki luas permukaan sebesar 83km persegi. Waduk ini dibangun dengan berbagai macam fungsi, mulai dari PLTA,
kebutuhan air baku hingga keramba jaring apung (KJA).
Lokasinya yang berada cukup dekat
dengan pusat kota Purwakarta menjadikan waduk ini cukup ramai dikunjungi dan
dijadikan tempat wisata. Selain itu Waduk Jatiluhur juga sering kali dijadikan
tempat untuk olahraga air seperti mendayung, selancar angin ataupun ski air.
Selain tempat-tempat wisata
yang sudah populer, Waduk Jatiluhur tenyata masih menyimpan sisi yang masih
begitu asri. Terletak disebelah barat laut Waduk Jatiluhur terdapat tempat yang
bernama Parang Gombong.
Parang Gombong merupakan suatu
kawasan yang masih begitu alami. Lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk keramaian
menjadikan tempat ini begitu tenang dan tepat untuk memanjakan diri dengan
alam.
Disini kita akan disuguhkan
keindahan air waduk yang begitu damai serta gunung-gunung kecil yang menghiasi
sekeliling Waduk Jatiluhur. Dikala senja menjelang kita akan disapa oleh kabut
yang membelai sekeliling waduk dan gunung.
Pemandangan malam yang
berlukiskan bintang serta kelip lampu keramba yang menghiasi permukaan air
membuat hal ini sayang sekali untuk dilewatkan. Tak lupa fajar yang begitu menawan dan tercermin dengan harmoni dipermukaan waduk menjadi ritual wajib yang begitu intim dengan alam.
Dikawasan ini kita
diperbolehkan mendirikan tenda untuk camping dan bermalam disini. Area camping
yang tersedia sangat luas dan kita diperbolehkan mendirikan dimanapun yang kita
suka, selama tidak terlalu dekat dengan air untuk berjaga-jaga bila air bisa
naik ke permukaan.
Bila ingin mendirikan tenda
disini, kita dipersilahkan untuk melapor terlebih dahulu dengan karang taruna
atau penggurus kawasan ini, karena kawasan ini masih dikelola secara mandiri
oleh warga sekitar. Biaya yang dikenakan cukup murah yaitu 10.000 rupiah per
orang. Untuk kendaraan yang kita bawa bisa dititipkan diwarung dekat dengan
tempat kita mendirikan tenda, biasanya kita tidak perlu membayar lagi untuk
parkir, cukup dengan berbelanja di warung tersebut pemiliknya akan dengan
senang hati memeprsilahkan kita.
Disini terdapat beberapa warung
yang menyediakan ikan dan ayam bakar yang bisa kita nikmati. Di warung yang
adapun kita dapat membeli kayu bakar yang bisa digunakan untuk membuat api
unggun. Di kawasan ini juga tersedia beberapa toilet umum dan juga ada Mushola
kecil yang bisa digunakan untuk sholat.
Angin disini terkadang cukup
kencang, sehingga perlu diperhitungkan dengan baik untuk pemilihan tempat dalam
mendirikan tenda untuk camping. Serangga disini pun cukup banyak, sehingga
bawalah lotion anti serangga agar tidak mudah merasa gatal-gatal. Udara malam
hari dikawasan Waduk Jatiluhur tidak terlalu menusuk tulang, hanya berkisar 20
derajat celsius, sehingga tidak membawa jaket yang terlalu tebal pun tidak
masalah.
Dikawasan parang gombong ini
pun banyak sekali hewan gembala yang dimiki oleh warga seperti kambing dan
kerbau yang berkeliaran disekitar kawasan ini. Namun tenang saja hewan-hewan
ini tidak akan menganggu tenda-tenda milik pengunjung, karena hanya digembala
disisi-sisi tertentu saja. Menurut saya pemandangan seperti ini merupakan
pemandangan yang indah dan menenangkan hati dimana alam dan hewan saling hidup
berdampingan dengan damai.
Selain camping Parang Gombong
atau dipinggir waduk kita juga bisa camping di pulau-pulau yang berada ditengah
waduk. Ada dua pulau yang bisa kita jadikan tempat untuk camping, yaitu pulau
cikole dan pulau tanah merah. Sayangnya kali ini saya belum berkesempatan untuk
camping dikedua pulau tersebut. Biaya yang dikenakan untuk antar jemput pulau
cukup murah yaitu 25.000 rupiah perorang apabila rombongan (minimal 4 orang).
Berkemah dipulau tersebut bisa kita lakukan hanya saat musim kemarau, karena
apabila musim penghujan dikhawatirkan akan terjadi cuaca buruk sewaktu-waktu.
Kita juga dapat menikmati pesona Waduk Jatiluhur dari gunung-gunung yang berada
dekat dengan waduk, salah satunya adalah Gunung Haur yang lokasinya berada
cukup dekat dengan Parang Gombong. Untuk mecapai puncak Gunung Haur juga tidak
dibutuhkan waktu lama, hanya berkisar 1-2 jam saja.
B. Lokasi Parang Gombong
Kutamanah, Sukasari, Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat 41116
Waktu yang diperlukan untuk mencapai Parang Gombong dari daerah Jakarta tidaklah lama, hanya sekitar 4 jam menggunakan Motor. Bila menggunakan mobil saya rasa juga tidak akan terlalu lama, karena ada jalan tol yang bisa kita lewati untuk menuju Purwakarta.
C. Akomondasi & Makanan
Biaya Berkemah :
IDR10.000
Toilet Umum :
IDR3.000
Berkeliling Sewa Perahu : IDR20.000/orang (minimal 5
orang)
Antar Jemput Pulau : IDR25.000/orang (minimal 5 orang)
Ikan Bakar : IDR90.000 (Paket untuk 4-6 orang)
Mie Instan + Telur : IDR10.000
D. Memancing di Waduk Jati Luhur
Di Waduk Jatiluhur juga tedapat
biota ikan yang cukup bervariasi mulai dari ikan mas, ikan nila maupun ikan
bandeng yang bisa kita pancing dari pinggiran Waduk. Program zero KJA (Keramba
Jaring Apung) yang dimulai sejak tahun 2016 bertujuan untuk mensterilkan
kawasan Waduk Jatiluhur dari keramba-keramba ikan yang sering kali mengotori
air Waduk akibat sisa-sisa pakan yang jatuh dan memenuhi dasar Waduk.
Program zero KJA ini sudah
berlangsung secara perlahan dan pasti. Pemilik warung tempat saya beristirahat menuturkan
bahwa pelarangan keramba dimulai dengan menertibkan keramba yang dimiliki oleh
warga negara asing.
Hal yang cukup membuat terkejut
memang, bahwa ternyata keramba pun banyak yang bukan milik penduduk warga
sekitar, jumlahnya pun bukan cuma puluhan tetapi ada ribuan keramba yang
ternyata dimiliki oleh warga negara asing. Hal ini dilakukan agar selama proses
ini warga setempat yang mengandalkan penghasilan dari keramba bisa perlahan
mencari pemasukan dari hal-hal lain.
Dengan adanya program ini saya
yakin akan semakin banyak ikan-ikan liar yang akan hidup di Waduk Jatiluhur,
karena akan meningkatkan kualitas air waduk. Kedepannya sistem keramba jaring
apung akan digantikan dengan cara perikanan budidaya. Maksud dari perikanan
budidaya adalah dengan melepasliarkan bibit-bibit ikan dan ikan dibiarkan
membesar tanpa diberikan pakan yang kemudian bisa dipanen atau ditangkap oleh nelayan
sekitar. Hal ini akan memeperkaya ekosistem air tawar dikawasan Waduk Jatiluhur
dan juga akan meningkatkan kualitas air.
Selain memancing dari pinggir
waduk kita juga bisa memancing dikawasan pemancingan yang ada di tengah waduk.
Untuk dapat kekawasan itu kita bisa menyewa atau meminta jasa pengantaran
dengan menggunakan perahu-perahu yang tersedia. Selain untuk memancing kita
juga bisa meminta untuk diantarkan bekerliling dengan perahu kecil meilhat
pemandangan waduk. Biaya yang dikenakan cukup murah, sekitar 20.000 rupiah per
orang bila rombongan.
Memancing di Waduk Jatiluhur
ternyata sudah menjadi tempat yang cukup populer dikalangan para pemancing. Terlihat
ada 5-10 rombongan yang hilir mudik selama saya berada disini disaat weekday.
Pemilik Warung menceritakan bahwa para pemancing tersebut biasanya berasal dari
Kota Bandung ataupun Purwakarta. Dikawasan Parang Gembong ini terdapat satu
warung permanen yang biasanya dijadikan tempat untuk menyewa kapal untuk
mengatar para pemancing dan tempat para pemancing memarkirkan mobil yang
dibawanya.
E. Kekurangan Parang Gombong, Waduk Jatiluhur
1. Fasilitas toilet yang masih
seadanya
2. Suhu yang cukup terik ketika
siang hari karena daerah tempat berkemah masih minim pohon.
3. Angin yang cukup kencang,
patoklah tenda dengan sebaik mungkin agar tenda tidak terbawa angin
F. Kelebihan Parang Gombong, Waduk Jatiluhur
1. Pemandangan waduk yang
menetramkan jiwa, terutama ketika senja dan fajar tiba. Pantulan lukisan cahaya
dipermukaan danau bagai cermin yang begitu indah.
2. Gunung yang mengelilingi
sekitar Parang Gombong menambah kemegahan panorama alam yang tercipta.
3. Keheningan malam dialunin
hiasan bintang yang terlihat jelas dengan kasat mata.
4. Terdapat beberapa warung
yang menjual makanan, sehingga kita tidak perlu takut kelaparan.
5. Tempat yang cocok untuk memancing